Rabu, 12 September 2012

PERSAINGAN JABAR & JATIM MEMANAS Gantolle PON XVIII Riau 2012 PERSAINGAN JABAR & JATIM MEMANAS


Aji Enoh (Banten) konsentrasi penuh jelang lepas landas. 
HAK CIPTA FOTOGRAFI: TAGOR SIAGIAN/LASSAK IMAJI       


Fans berat Gantolle DKI Jaya pun hadir di Dumai!
HAK CIPTA FOTOGRAFI: TAGOR SIAGIAN/LASSAK IMAJI  
                         
 
Abdul Mustopa (Jatim) bersiap melakukan pendaratan di
 Bandara Pinang Kampai, Dumai, Riau, Senin, (10/9).
HAK CIPTA FOTOGRAFI: TAGOR SIAGIAN/LASSAK IMAJI

Sebanyak 33 penerbang dari 14 propinsi mengikuti cabang Gantolle PON XVIII Riau 2012
di Bandara Pinang Kampai, Dumai, 9-18 September.
HAK CIPTA FOTOGRAFI: TAGOR SIAGIAN/LASSAK IMAJI


Penerbang Sumatera Utara, Mirza Batubara, terlalu lelah untuk berdiri
setelah Holding dan Thermaling terlalu lama,
menunggu pesawat komersil lepas landas, Senin (10/9).
HAK CIPTA FOTOGRAFI: TAGOR SIAGIAN/LASSAK IMAJI

HGLEs, Hang Gliding Lady Escorts. Hang Out and Glide with me..........
HAK CIPTA FOTOGRAFI: TAGOR SIAGIAN/LASSAK IMAJI
                                         



Dumai (11/9) Seperti sudah diduga sebelumnya, persaingan antara Kontingen Jawa Barat (Jabar) dan Jawa Timur (Jatim) dalam cabang Gantolle (Layang Gantung) PON XVIII Riau 2012 semakin memanas.  Selesai Ronde II 
Nomor Ketepatan Mendarat (KTM) dan Sambar Pita Kelas A, pada Selasa (11/9),  nampak bahwa para penerbang Jabar belum aman betul dalam perburuan medali emas salah satu cabang olahraga dirgantara terfavorit di tanah air. Meski penerbang senior Jabar, Ir. Koesnadi S. Bohon berhasil mengambil alih pimpinan sementara dari penerbang Sumatera Barat, Rijalul Fathani, dan pilot Jabar lainnya, Budi Surya Saputra memaksa penerbang muda berbakat Jatim, Abdul Mustopa keluar dari empat besar,
     Jatim dengan duo penerbang unggulannya, Herda Eka bersama Abdul Mustopa membayangi dengan ketat di peringkat 5 dan 6. Herda, peraih medali emas PON XVII Kaltim 2008 dan Kejurnas 2011 Nomor KTM & Sambar Pita, serta medali perunggu untuk nomor Lintas Alam Terbatas PON XVII, agaknya sudah berhasil mengalahkan egonya sendiri dan memperbaiki nilainya pada Ronde II. Di Ronde I, Herda tak berhasil meredam emosi terbangnya dan melakukan kesalahan saat mendarat hingga tidak memperoleh nilai, padahal sudah berhasil merebut lima buah pita. Yang dapat menggagalkan ambisi para penerbang muda meraih emas adalah penerbang senior DKI Jaya, Roy Sadewo. Berada sementara di peringkat tiga, Roy, pemegang rekor nasional Lintas Alam Tak Terbatas sejauh 91 km yang dibuat di Wonogiri pada 1995, konsisten meraih nilai di atas 700 selama dua ronde.
     Meski Nomor KTM & Sambar Pita direncanakan berlangsung tiga ronde, mengingat dua ronde sudah dianggap sah oleh Panitia Pelaksana dalam menentukan peraihan medali emas, para atlit terbang dengan ngotot dan terkadang gegabah, karena khawatir Ronde II bisa saja menjadi kesempatan terakhir menambah nilai. Bila cuaca buruk dan angin terlalu kencang kembali membatalkan lomba pada Rabu (12/9), maka Nomor Lintas Alam Terbatas tetap akan dilombakan sesuai jadwal semula pada Kamis (13/9). Kecepatan angin ideal untuk terbang adalah antara 5-10 km/jam. Saat kebanyakan peserta mulai berlatih di Dumai sejak Sabtu 1/9), angin selalu mencapai kecepatan 18-25 km/jam sebelum hujan turun.
     “Korban” terberat dari persaingan keras cabang Gantolle dalam PON XVIII, adalah penerbang muda berbakat Jatim lainnya, Achamd Teguh Wibowo yang turun di Kelas B. Teguh yang hanya berselisih nilai 21 angka dari penerbang Jabar, Ujang Robi, pada Ronde I, seolah panik melihat keberhasilan Ujang yang terbang sebelum dia, meraih angka 871,00 di Ronde II. Artinya Teguh harus meraih nilai 893,00 untuk mengubur ambisi emas Ujang. Akibatnya Teguh terlalu memaksa untuk mendarat di titik nol. Sadar dia terbang terlalu kencang menjelang lingkaran pendaratan dan sulit menginjak titik nol, Teguh melakukan gerakan Stall, menaikkan hidung layangan ke atas untuk mengurangi kecepatan. Naas bagi Teguh, layangannya terpukul angin dari samping dan terpelanting ke bawah. Akibatnya dia malah tidak mendapatkan angka sama sekali dari pendaratan yang gagal.
     “Harusnya Teguh kalem saja karena dia sudah unggul jumlah pita dari Ujang. Dengan meraih pita lima buah, lebih banyak dari empat pitanya Ujang, berarti Teguh tinggal memastikan dia mendarat dengan baik dibawah jarak sekitar tujuh meter dari titik nol,” ujar Drs. Tagor Siagian, M. Si, Ketua Bidang Humas & Promosi PGPI Gantolle. Setiap pita bernilai 100, sedangkan pendaratan sempurna di titik nol, bernilai 500. Semakin pendek jarak pendaratan dari titik nol, berarti nilainya semakin tinggi setelah dihitung dengan rumus yang sudah ditentukan. Bila Ronde III Nomor KTM & Sambar Pita digelar, Teguh, demi merebut emas, harus  meraih nilai sempurna di atas 900 untuk menutup selisih nilainya dengan Ujang, sebesar 393,6, dengan catatan Ujang memperoleh nilai rendah. Nomor Sambar Pita adalah buah kreativitas penerbang Indonesia. Setiap penerbang membawa lima buah pita kertas yang harus dilempar saat terbang dan “merebutnya” dengan menempelkannya di sayap hingga mendarat. Nomor ini melatih atlit melakukan manuver penerbangan dengan baik.
     Seolah dikeroyok penerbang Jabar, “musuh” Teguh di Kelas B bukan hanya Ujang. Ia tak boleh lupa dan lengah dengan kiprah penerbang unggulan, peraih medali emas nomor Ketepatan Mendarat  & Sambar Pita PON XVII Kaltim 2008 dan Kejuaraan Nasional (Pra PON) 2011, Ayat Supriatna. Bila pada Ronde I Ayat berada di luar lima besar, setelah Ronde II ia mulai menunjukkan kematangannya sebagai seorang juara dan penerbang berbakat alam dengan menyodok ke peringkat ketiga. “Kuda hitam” yang bakal menambah pusing Teguh adalah penerbang  Kalimantan Timur, Muhammad Yamin yang mantap diperingkat kedua. Jika rekan Teguh, Saeful Rizal Zarhkas mampu terbang jauh lebih baik dari Ronde II dan mengumpulkan nilai tinggi hingga menghalangi kesempatan penerbang lain masuk peringkat tiga besar, jalan Teguh akan lebih mulus menyabet emas.       
     Sebanyak 33 penerbang mewakili 14 propinsi dalam cabang olahraga Gantolle pada PON XVIII di Bandar Udara Pinang Kampai, Dumai, Riau. Lomba dijadwalkan berakhir pada Senin (17/9) , sedang penyerahan medali pada esoknya. Ke 14 propinsi tersebut adalah; Banten, DI Yogyakarta, DKI Jaya, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Dari seluruh penerbang, 29 orang merupakan atlit yang lolos.kwalifikasi PON lewat Kejuaraan Nasional (Kejurnas) tahun lalu di Lapangan Udara TNI AU Atang Sendjaja, Parung, Bogor, Jawa Barat. Sedangkan Riau sebagai tuan rumah PON, langsung meloloskan tiga penerbangnya.
     Mereka bertanding dalam dua kelas; Kelas A bagi atlit yang memakai layangan dengan sayap dua lapis (High Performance), sedang Kelas B bagi penerbang yang memakai layangan bersayap satu lapis (Intermediate). Cabang Gantolle menyediakan empat medali emas, empat medali perak dan empat medali perunggu. Kelas A dan B masing-masing menyediakan dua jenis medali untuk dua nomor yaitu lomba Ketepatan Mendarat (KTM) yang digabung dengan nomor Sambar Pita (Streamer Catching), serta nomor Lintas Alam Terbatas (Goal and Race/Limited Cross Country). Tidak ada medali emas beregu, bagi kontingen peraih gelar Juara Umum.  
     Selesai lomba Rabu (12/9), Panitia Pelaksana cabang Gantolle bersama para manajer kontingen, penerbang dan pihak terkait penyelenggaraan lomba, akan meninjau jalur yang diperuntukkan Nomor Lintas Alam Terbatas. Dalam nomor yang menguji kemampuan para pilot terbang jauh dalam waktu tercepat, alat navigasi GPS (Global Positioning System) merekam jalur penerbangan para atlit untuk memastikan apakah mereka benar-benar melewati jumlah titik yang ditentukan dalam soal. Biasanya jarak terbang yang harus ditempuh berkisar 15 km. Atlit yang handal dalam Ketepatan Mendarat, belum tentu akan unggul pula dalam terbang Lintas Alam.*Drs. Tagor Siagian, M. Si, Ketua Bidang Humas & Promosi Perkumpulan Olahraga Dirgantara (Pordirga) Gantolle dan Paralayang Indonesia (PGPI) Bidang Gantolle

Kedudukan Sementara Tujuh Besar Cabang Gantolle PON XVIII Riau 2012 setelah Ronde II Nomor Ketepatan Mendarat & Sambar Pita (Selasa, 11/9):

Kelas A:
1.      Ir. Koesnadi S. Bohon (Jabar)    : Jumlah nilai 1624,80
2.      Rijalul Fathani (Sumbar)            : 1594,20
3.      Roy Sadewo (DKI Jaya)             : 1557,20
4.      Budi Surya Saputra (Jabar)        : 1460,00
5.      Herda Eka Nurhidayah (Jatim)   : 1434,80
6.      Abdul Mustopa (Jatim)               : 1420,60
7.      Aji Enoh (Banten)                       : 1234, 60

Kelas B:
1.      Ujang Robi (Jabar)                      : 1854,80
2.      Muhammad Yamin (Kaltim)       : 1679,80
3.      Ayat Supriatna (Jabar)               : 1577,40
4.      Tb Husni Mubarak (Banten)       : 1545,00
5.      Khaidir Anas (Sumbar)               : 1501,60
6.      Achmad Teguh Wibowo (Jatim)  : 1461,20
7.      Saeful Rizal Zarhkas (Jatim)        : 1303,20

Selama PON XVIII Riau, Panpel Cabor Gantolle akan mengusahakan setiap hari mengirim Siaran Pers berupa berita yang berisi hasil lomba dan foto ke media-media nasional.

Bagi rekan-rekan peliput Cabor Gantolle PON XVIII Riau, untuk memudahkan koordinasi kami dengan pihak terkait, saat memasuki kawasan lomba di Bandara Pinang Kampai, Dumai dimohon menghubungi Ketua Bidang Humas & Promosi Federasi Aero Sport Indonesia Perkumpulan Olahraga Dirgantara Gantolle dan Paralayang Indonesia (FASI Pordirga PGPI) Bidang Gantolle, Drs. Tagor Siagian, M.Si, (tagorgantolle@gmail.com)

Juga untuk informasi lainnya serta permohonan wawancara dengan atlit, pelatih, official, kru, maupun Panitia Pelaksana, dimohon menghubungi petugas kami di atas demi menjaga ketertiban dan kelancaran jalannya lomba.

     Terimakasih atas pengertian dan kerjasamanya. Hormat kami atas dukungan media Bapak/Ibu/Saudara untuk perkembangan olahraga dirgantara di Indonesia. Bravo Gantolle!

Lihat link terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar