Ir. Koesnadi Bohon (Jabar) lepas landas Hari I. |
Aji Enoh (Banten) lepas landas dengan teknik Aerotowing. |
Ersy Firman (DKI Jaya/kiri) selesai lomba Hari I. |
Penerbang Sumatera Barat, Rijalul Fathani, sementara memimpin nomor Ketepatan Mendarat & Sambar Pita Kelas A usai lomba Hari I. |
Dumai (10/9). Setelah dengan
sabar menunggu hujan gerimis reda dan lomba terhenti sementara, menanti
tiga buah pesawat
beserta sebuah helikopter mendarat dan lepas landas kembali, cabang olahraga
Gantolle (Layang Gantung) PON XVIII Riau resmi dimulai pada Senin (10/9) pukul
9.00 WIB di Bandar Udara Pinang Kampai, Dumai, dan akan berlangsung hingga
Selasa (18/9). Rencana semula lomba digelar di
Bandara Tambusai, Rambah Samo, Kabupaten Rokan Hulu. Alasan kepindahan adalah
karena sarana infrastruktur kurang memadai, seperti kondisi landas pacu bandar
udara, minimnya sarana penginapan, dan harus bergantian memakai landas pacu
dengan cabang Terbang Layang.
Pada PON XVIII, cabang Gantolle memakai
teknik lepas landas Aerotowing, seperti
pada PON XVII di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (2008) dan
Kejurnas (Pra PON) tahun lalu, mengingat terpencilnya lokasi pegunungan untuk
memakai teknik lompat dan sarana infrastrukturnya kurang mendukung. Dalam
teknik Aerotowing, atlit dengan
layangannya akan ditarik Gantolle bermotor (Microlight/Trike).
Bila atlit sudah merasa mencapai ketinggian ideal, sekitar 500-1000 meter di
atas permukaan tanah, dia akan melepaskan tali penyambung dengan Trike. Penguasaan teknik lepas landas Aerotowing penting karena bila penerbang kurang konsentrasi dan panik,
bisa berakibat gagal start bahkan cedera. Jika gagal start, penerbang masih diberikan
kesempatan lepas landas ulang, namun dengan mendapat urutan terbelakang.
“Memprioritaskan traffic pesawat memang sudah menjadi
bagian dari kesepakatan kerjasama kita dengan pihak Bandara ketika mengajukan permohonan
melaksanakan lomba di Dumai” ujar Achmad Suryadi, Technical Delegate cabang Gantolle. Para atlit dan pilot Trike yang sudah siap lepas landaspun
maklum dan meminggirkan layangan dan pesawatnya dari runway. Penerbang asal
Sumatera Utara, Mirza Batubara bahkan sempat diminta holding, menahan posisi terbang dengan berputar-putar sambil thermaling, menambah ketinggian, menanti
sebuah pesawat Fokker 100 Pelita Air lepas landas.
Lomba hari perdana dibuka dengan nomor
Ketepatan Mendarat (KTM) dan Sambar Pita; Ketepatan
Mendarat (KTM/Accuracy), nilai
tertinggi diperoleh dari keberhasilan atlit mendarat paling dekat dengan titik
Nol yang berada dalam lingkaran bergaris tengah 30 meter. Pendaratan dianggap sah dan berhak dinilai,
bila penerbang mendarat dengan kedua kakinya, tanpa menjatuhkan hidung atau tiang
kendali layangan terlebih dulu sebelum wasit mengangkat bendera hijau tanda
pendaratan sah. Keberhasilan atlit mendarat di Titik Pusat yang bergaris tengah
50 centimeter mendapat nilai 500.
Sambar
Pita (Streamer Catching), tiap penerbang membawa lima
buah gulungan pita yang harus dilempar saat terbang dan “ditangkap” dengan
menempelkannya pada kedua sayap layangannya. Nilai dihitung dari jumlah pita
terbanyak yang masih menempel saat atlit mendarat. Setiap pita bernilai 100.
Kendala memperoleh nilai sempurna dalam nomor ini adalah karena dilakukan
bersamaan dengan nomor Ketepatan Mendarat. Bila pendaratan berlangsung tidak
mulus, besar kemungkinan pita akan terlepas. Nomor ini menjadi kesemapatan
meraih nilai tambahan, apabila gagal dalam nomor Ketepatan Mendarat.
Sebanyak 33 penerbang yang mewakili 14 propinsi benar-benar
diuji kesabaran dan menahan emosi untuk terbang dan mendarat akibat lalu-lintas
pesawat komersil. Ke 14 propinsi tersebut adalah; Banten, DI Yogyakarta, DKI Jaya, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, Riau,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Dari
seluruh penerbang, 30 orang merupakan atlit yang lolos.kwalifikasi PON lewat
Kejuaraan Nasional (Kejurnas) tahun lalu di Lapangan Udara TNI AU Atang
Sendjaja, Parung, Bogor, Jawa Barat. Sedangkan Riau sebagai tuan rumah PON,
langsung meloloskan tiga penerbangnya.
Para atlit akan bertanding dalam dua kelas; Kelas A bagi atlit
yang memakai layangan dengan sayap dua lapis (High Performance), sedang Kelas B bagi penerbang yang memakai layangan
dengan sayap satu lapis (Intermediate).
Cabang Gantolle menyediakan empat medali emas, empat medali perak dan empat
medali perunggu. Kelas A dan B masing-masing menyediakan dua medali emas untuk
dua nomor yaitu lomba Ketepatan Mendarat (KTM) yang digabung dengan nomor
Sambar Pita (Streamer Catching),
serta nomor Lintas Alam Terbatas (Goal
and Race/Limited Cross Country).
Tidak ada medali emas bagi kontingen peraih juara umum.
Setelah lomba hari perdana (Senin, 10/9) selesai pukul 16.30, kedudukan
lima besar sementara masing-masing kelas adalah;
Kelas A:
1. Rijalul
Fathani (Sumbar), jumlah pita 5, jarak 2,46 m, jumlah nilai 950,8
2. Ir.
Koesnadi S. Bohon (Jabar), 5; 8,50 m; 830
3. Roy
Sadewo (DKI Jaya), 5; 10,20 m; 796
4. Abdul
Mustopa (Jatim), 5; 18.00 m; 640
5. Nanang
Dwi Wandono (Kaltim), 4; 13,77 m; 624,6
Kelas B:
1. Ujang
Robi (Jabar), 5 pita ; jarak 0,81 m; 983,80
2. Achmad
Teguh Wibowo (Jatim), 5; 1,94 m; 961,20
3. Muhammad
Yamin (Kaltim), 5; 5,27 m; 894,60
4. Saeful
Rizal Zarhkas (Jatim), 4; 2,42 m; 851,60
5. Tb.
Husni Mubarak (Banten), 4; 3,52 m; 829,60
Menurut
Ketua Bidang Humas & Promosi Federasi Aero Sport Indonesia Perkumpulan
Olahraga Dirgantara Gantolle dan
Paralayang Indonesia (FASI Pordirga PGPI) Bidang Gantolle, Drs. Tagor Siagian,
M.Si, “Keberhasilan seorang atlit meraih emas dalam kejuaraan yang bersifat
kompetisi penuh adalah konsistensi dalam melakukan penerbangan. Karena
penentuan juara adalah atlit dengan nilai tertinggi yang diperoleh dari keseluruhan
ronde.” Meski tidak ada babak semi-final dan final, selisih nilai yang
cenderung tipis antar para penerbang, menyebabkan suasana ronde akhir sering seperti
final. Karenanya, kegagalan memasuki urutan lima besar bagi penerbang unggulan
Herda Eka (Jatim), peraih medali emas nomor Sambar Pita dan Ketepatan Mendarat
serta medali perunggu untuk nomor Lintas Alam Terbatas PON XVII Kaltim dan Juara
Nasional 2011 nomor Sambar Pita dan Ketepatan Mendarat, yang turun di Kelas A serta
Ayat Supriatna (Jabar/Kelas B), pemegang medali emas PON XVII Kaltim dan Juara Nasional
2011 untuk nomor Sambar Pita dan Ketepatan Mendarat , bisa terbalaskan di
ronde-ronde berikut.
Cabang Gantolle akan meneruskan nomor KTM
& Sambar Pita hingga Kamis (13/9) dan melanjutkan dengan nomor Lintas Alam
Terbatas mulai Jum’at (14/9) hingga Minggu (16/9). Sedangkan Senin (17/9)
adalah hari cadangan bila diperlukan. Pembagian medali bagi para juara akan
berlangsung pada Selasa (18/9). Apabila hujan dan kabut asap kembali menghambat
atlit untuk terbang, maka Panitia Pelaksana cabang Gantolle memutuskan tetap
akan menganggap sah hasil lomba dan menentukan peraih medali, meski tiap nomor
hanya berlangsung satu ronde. Kondisi demikian pernah terjadi pada sebuah lomba
internasional dan dianggap sah hasilnya, medali tetap dibagikan pada atlit
dengan nilai tertinggi dalam satu ronde saja.* Tagor Siagian, Ketua Bidang Humas & Promosi FASI PGPI Gantolle. Hak Cipta Fotografi: TAGOR SIAGIAN/LASSAK IMAJI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar