Selasa, 11 September 2012

PENERBANG SUMBAR DAN JABAR SEMENTARA UNGGUL


Ir. Koesnadi Bohon (Jabar)  lepas landas Hari I.

Aji Enoh (Banten) lepas landas dengan teknik Aerotowing.
Ersy Firman (DKI Jaya/kiri) selesai lomba Hari I.
Penerbang Sumatera Barat, Rijalul Fathani, sementara memimpin  nomor
Ketepatan Mendarat & Sambar Pita Kelas A usai lomba Hari I.

Dumai (10/9). Setelah dengan sabar menunggu hujan gerimis reda dan lomba terhenti sementara, menanti tiga buah pesawat beserta sebuah helikopter mendarat dan lepas landas kembali, cabang olahraga Gantolle (Layang Gantung) PON XVIII Riau resmi dimulai pada Senin (10/9) pukul 9.00 WIB di Bandar Udara Pinang Kampai, Dumai, dan akan berlangsung hingga Selasa (18/9). Rencana semula lomba digelar di Bandara Tambusai, Rambah Samo, Kabupaten Rokan Hulu. Alasan kepindahan adalah karena sarana infrastruktur kurang memadai, seperti kondisi landas pacu bandar udara, minimnya sarana penginapan, dan harus bergantian memakai landas pacu dengan cabang Terbang Layang.
     Pada PON XVIII, cabang Gantolle memakai teknik lepas landas Aerotowing, seperti pada PON XVII di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (2008) dan Kejurnas (Pra PON) tahun lalu, mengingat terpencilnya lokasi pegunungan untuk memakai teknik lompat dan sarana infrastrukturnya kurang mendukung. Dalam teknik Aerotowing, atlit dengan layangannya akan ditarik Gantolle bermotor (Microlight/Trike). Bila atlit sudah merasa mencapai ketinggian ideal, sekitar 500-1000 meter di atas permukaan tanah, dia akan melepaskan tali penyambung dengan Trike. Penguasaan teknik lepas landas Aerotowing penting karena bila penerbang kurang konsentrasi dan panik, bisa berakibat gagal start bahkan cedera. Jika gagal start, penerbang masih diberikan kesempatan lepas landas ulang, namun dengan mendapat urutan terbelakang.  
      “Memprioritaskan traffic pesawat memang sudah menjadi bagian dari kesepakatan kerjasama kita dengan pihak Bandara ketika mengajukan permohonan melaksanakan lomba di Dumai” ujar Achmad Suryadi, Technical Delegate cabang Gantolle. Para atlit dan pilot Trike yang sudah siap lepas landaspun maklum dan meminggirkan layangan dan pesawatnya dari runway.  Penerbang asal Sumatera Utara, Mirza Batubara bahkan sempat diminta holding, menahan posisi terbang dengan berputar-putar sambil thermaling, menambah ketinggian, menanti sebuah pesawat Fokker 100 Pelita Air lepas landas.
     Lomba hari perdana dibuka dengan nomor Ketepatan Mendarat (KTM) dan Sambar Pita;          Ketepatan Mendarat (KTM/Accuracy), nilai tertinggi diperoleh dari keberhasilan atlit mendarat paling dekat dengan titik Nol yang berada dalam lingkaran bergaris tengah 30 meter.  Pendaratan dianggap sah dan berhak dinilai, bila penerbang mendarat dengan kedua kakinya, tanpa menjatuhkan hidung atau tiang kendali layangan terlebih dulu sebelum wasit mengangkat bendera hijau tanda pendaratan sah. Keberhasilan atlit mendarat di Titik Pusat yang bergaris tengah 50 centimeter mendapat nilai 500.
Sambar Pita (Streamer Catching), tiap penerbang membawa lima buah gulungan pita yang harus dilempar saat terbang dan “ditangkap” dengan menempelkannya pada kedua sayap layangannya. Nilai dihitung dari jumlah pita terbanyak yang masih menempel saat atlit mendarat. Setiap pita bernilai 100. Kendala memperoleh nilai sempurna dalam nomor ini adalah karena dilakukan bersamaan dengan nomor Ketepatan Mendarat. Bila pendaratan berlangsung tidak mulus, besar kemungkinan pita akan terlepas. Nomor ini menjadi kesemapatan meraih nilai tambahan, apabila gagal dalam nomor Ketepatan Mendarat.

     Sebanyak 33 penerbang yang mewakili 14 propinsi benar-benar diuji kesabaran dan menahan emosi untuk terbang dan mendarat akibat lalu-lintas pesawat komersil. Ke 14 propinsi tersebut adalah; Banten, DI Yogyakarta, DKI Jaya, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Dari seluruh penerbang, 30 orang merupakan atlit yang lolos.kwalifikasi PON lewat Kejuaraan Nasional (Kejurnas) tahun lalu di Lapangan Udara TNI AU Atang Sendjaja, Parung, Bogor, Jawa Barat. Sedangkan Riau sebagai tuan rumah PON, langsung meloloskan tiga penerbangnya.
     Para atlit akan bertanding dalam dua kelas; Kelas A bagi atlit yang memakai layangan dengan sayap dua lapis (High Performance), sedang Kelas B bagi penerbang yang memakai layangan dengan sayap satu lapis (Intermediate). Cabang Gantolle menyediakan empat medali emas, empat medali perak dan empat medali perunggu. Kelas A dan B masing-masing menyediakan dua medali emas untuk dua nomor yaitu lomba Ketepatan Mendarat (KTM) yang digabung dengan nomor Sambar Pita (Streamer Catching), serta nomor Lintas Alam Terbatas (Goal and Race/Limited Cross Country). Tidak ada medali emas bagi kontingen peraih juara umum.        
     Setelah lomba hari perdana (Senin, 10/9) selesai pukul 16.30, kedudukan lima besar sementara masing-masing kelas adalah;
Kelas A:
1.      Rijalul Fathani (Sumbar), jumlah pita 5, jarak 2,46 m, jumlah nilai 950,8
2.      Ir. Koesnadi S. Bohon (Jabar), 5; 8,50 m; 830
3.      Roy Sadewo (DKI Jaya), 5; 10,20 m; 796
4.      Abdul Mustopa (Jatim), 5; 18.00 m; 640
5.      Nanang Dwi Wandono (Kaltim), 4; 13,77 m; 624,6

Kelas B:
1.      Ujang Robi (Jabar), 5 pita ; jarak 0,81 m; 983,80
2.      Achmad Teguh Wibowo (Jatim), 5; 1,94 m; 961,20
3.      Muhammad Yamin (Kaltim), 5; 5,27 m; 894,60
4.      Saeful Rizal Zarhkas (Jatim), 4; 2,42 m; 851,60
5.      Tb. Husni Mubarak (Banten), 4; 3,52 m; 829,60  

Menurut Ketua Bidang Humas & Promosi Federasi Aero Sport Indonesia Perkumpulan
Olahraga Dirgantara Gantolle dan Paralayang Indonesia (FASI Pordirga PGPI) Bidang Gantolle, Drs. Tagor Siagian, M.Si, “Keberhasilan seorang atlit meraih emas dalam kejuaraan yang bersifat kompetisi penuh adalah konsistensi dalam melakukan penerbangan. Karena penentuan juara adalah atlit dengan nilai tertinggi yang diperoleh dari keseluruhan ronde.” Meski tidak ada babak semi-final dan final, selisih nilai yang cenderung tipis antar para penerbang, menyebabkan suasana ronde akhir sering seperti final. Karenanya, kegagalan memasuki urutan lima besar bagi penerbang unggulan Herda Eka (Jatim), peraih medali emas nomor Sambar Pita dan Ketepatan Mendarat serta medali perunggu untuk nomor Lintas Alam Terbatas PON XVII Kaltim dan Juara Nasional 2011 nomor Sambar Pita dan Ketepatan Mendarat, yang turun di Kelas A serta Ayat Supriatna (Jabar/Kelas B), pemegang medali emas PON XVII Kaltim dan Juara Nasional 2011 untuk nomor Sambar Pita dan Ketepatan Mendarat , bisa terbalaskan di ronde-ronde berikut.
     Cabang Gantolle akan meneruskan nomor KTM & Sambar Pita hingga Kamis (13/9) dan melanjutkan dengan nomor Lintas Alam Terbatas mulai Jum’at (14/9) hingga Minggu (16/9). Sedangkan Senin (17/9) adalah hari cadangan bila diperlukan. Pembagian medali bagi para juara akan berlangsung pada Selasa (18/9). Apabila hujan dan kabut asap kembali menghambat atlit untuk terbang, maka Panitia Pelaksana cabang Gantolle memutuskan tetap akan menganggap sah hasil lomba dan menentukan peraih medali, meski tiap nomor hanya berlangsung satu ronde. Kondisi demikian pernah terjadi pada sebuah lomba internasional dan dianggap sah hasilnya, medali tetap dibagikan pada atlit dengan nilai tertinggi dalam satu ronde saja.* Tagor Siagian, Ketua Bidang Humas & Promosi FASI PGPI Gantolle. Hak Cipta Fotografi: TAGOR SIAGIAN/LASSAK IMAJI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar