Minggu, 16 September 2012

GALERI PON XVIII RIAU 2012

Penerbang Jawa Tengah, Arif Nursilo berusaha mendarat dalam cabang Gantolle PON XVIII Riau 2012, nomor Sambar Pita & Ketepatan Mendarat Ronde III, Jum'at (14/9) di Bandara Pinang Kampai, Dumai.
FOTOGRAFI: TAGOR SIAGIAN/HUMAS PGPI GANTOLLE
Penerbang Rusdianto (Yogyakarta) "membaca" awan sebelum lepas landas dalam Ronde I nomor Lintas Alam Terbatas, cabang Gantolle PON XVIII Riau, Jum'at (14/9) di Bandara Pinang Kampai, Dumai.
FOTOGRAFI: TAGOR SIAGIAN/HUMAS PGPI GANTOLLE 
Para penerbang bersiap lepas landas dengan teknik Aerotowing (ditarik Trike/Gantolle bermotor) di Bandara Pinang Kampai, Dumai  (Jum'at, 14/9) dalam Ronde I nomor Lintas Alam Terbatas, cabang Gantolle PON XVIII Riau.
FOTOGRAFI: TAGOR SIAGIAN/HUMAS PGPI GANTOLLE

Setiap Pilot membawa 5 buah pita dalam nomor Sambar Pita & Ketepatan Mendarat. Setelah dilempar, pilot harus menyambarnya dan "menangkapnya" dengan menempelkannya di sayap hingga mendarat. Nilai setiap pita yang masih menempel berjumlah 100.
FOTOGRAFI: TAGOR SIAGIAN/HUMAS PGPI GANTOLLE
Penerbang Syaiful Rizal  Zarhkasi (Jatim) berupaya mendarat di titik nol dalam cabang Gantolle  PON  XVIII Riau 2012, nomor Sambar Pita & Ketepatan Mendarat Ronde III di Bandara Pinang Kampai, Dumai, Rabu (12/9).
FOTOGRAFI: TAGOR SIAGIAN/HUMAS PGPI GANTOLLE



Penerbang DKI Jaya Roy Sadewo mendarat saat lomba Gantolle PON XVIII Riau 2012, dalam nomor Sambar Pita & Ketepatan Mendarat, Ronde III, Rabu (12/9) di Bandara Pinang Kampai, Dumai.
FOTOGRAFI: TAGOR SIAGIAN/HUMAS PGPI GANTOLLE

Penerbang Sumatera Barat, Khaidir Anas menuju titik pendaratan di Bandara Pinang Kampai, Dumai dalam lomba cabang Gantolle PON XVIII Riau, Nomor Sambar Pita & Ketepatan Mendarat Ronde III, Rabu (12/9).
Fotografi: TAGOR SIAGIAN/HUMAS PGPI GANTOLLE
Sebuah Helikopter bersiap lepas landas di Bandara Pinang Kampai, Dumai saat lomba cabang Gantolle PON XVIII Riau 2012, Rabu (12/9). FOTOGRAFI: TAGOR SIAGIAN/HUMAS PGPI GANTOLLE



Penerbang Nsr Y Latif M dari Riau bersiap mendarat di Bandara Pinang Kampai, Dumai dalam lomba cabang Gantolle PON Riau XVIII Riau, nomor Sambar Pita & Ketepatan Mendarat, Rabu (12/9). 
                                                        FOTOGRAFI: TAGOR SIAGIAN/HUMAS PGPI GANTOLLE

Gantolle PON XVIII Riau 2012 BALAS DENDAM DI LINTAS ALAM



Dumai (15/9) Persaingan para penerbang Jawa Barat dan Jawa Timur berlanjut di nomor Lintas Alam Terbatas cabang Gantolle PON XVIII Riau yang diikuti 31 atlit dari 14 propinsi  di Bandara Pinang Kampai, Dumai. Pada Ronde I Jum’at (14/9), para penerbang yang gagal di nomor unggulan mereka, Sambar Pita & Ketepatan Mendarat, seperti hendak balas dendam dengan merebut medali emas. Di Kelas B (Intermediate), yang memakai layangan satu lapis, Ayat Supriatna (Jabar) juara bertahan peraih emas PON XVII Kaltim, Nomor Sambar Pita & Ketepatan Mendarat dan Juara Nasional 2011 nomor sama, menempel ketat rekannya satu kontingen, Ujang Robi yang sementara unggul di Nomor Sambar Pita & Ketepatan Mendarat, yang sudah menyelesaikan tiga ronde. Sedang di Kelas A (High Performance) yang memakai layangan dua lapis, Herda Eka Nurhidayah (Jatim), juara bertahan peraih medali emas Nomor Sambar Pita & Ketepatan Mendarat PON XVII Kaltim dan Juara Nasional 2011 nomor sama, berhasil mengungguli penerbang senior asal kontingen Sulawesi Utara, Tony F. Kullit. Saat Tony Kullit meraih medali emas Nomor Duration pada PON 1985, pertama kali diikuti Gantolle, Herda baru berumur setahun.
     Pada Nomor Lintas Alam Terbatas, penerbang diberikan soal berupa titik-titik yang harus dilewati tepat di atasnya. Misalnya pompa bensin, bukit kapur, sekolah, jembatan dan sebagainya. Rute berbentuk segitiga tersebut berjarak sekitar 15 km dengan garis akhir di Kantor Baru Walikota, daerah Bagan Besar. Penerbang yang berhasil melewati titik terbanyak dan menembus garis akhir dalam waktu tercepat mendapat nilai tertinggi tiap ronde. Atlit dengan jumlah nilai terbanyak setelah semua ronde selesai memperoleh medali emas.  Kendala besar yang dihadapi penerbang pada Ronde I dan Ronde II (Sabtu, 15/9) adalah angin kencang yang berlawanan arah dengan penerbang (Headwind), sehingga berat bagi penerbang mengendalikan layangannya, ibarat pembalap sepeda di jalan menanjak. Akibatnya tidak ada penerbang yang mencapai garis akhir dan “hanya” mampu terbang sejauh rata-rata 8 km.
     Abdul Mustopa (Jatim), malah mendapat pengalaman unik, terkena angin sink, angin yang memaksa layangannya menukik. “Tiba-tiba saya merasa ditekan dari atas, sehingga layangan saya semakin turun. Ketika saya melihat seperti lapangan tanah dan mau mendarat darurat, ternyata rawa dengan pohon-pohon yang baru ditebang,” ujar peraih medali perak nomor Sambar Pita & Ketepatan Mendarat Kelas B Kejurnas 2011. Di saat genting tersebut, Mustopa (30) langsung teringat kecelakaan yang dia alami di Kejurnas silam. Tak mau gegabah lagi, dia reflek dan menginjak batang pohon yang baru ditebang. Penerbang senior yang kini melatih pilot Trike (Gantolle bermotor) Dolf Lenzun, mengatakan, “Pilot yang baik mengandalkan naluri, bukan emosi. Pilihan Mustopa mendarat di batang pohon sangat tepat, ketimbang menyebur di rawa yang justru dapat berakibat dia tenggelam.” 
     Ketua Bidang Humas & Promosi PGPI Gantolle Drs. Tagor Siagian, M. Si, sangat menyayangkan bila jelang puncak lomba, justru cuaca buruk menghalangi. “Bila hari Minggu (16/9) kembali hujan atau angin kencang, maka hari cadangan (Senin, 17/9) akan dimanfaatkan  untuk Nomor Lintas Alam Terbatas, supaya genap dua ronde. Namun bila Minggu anak-anak dapat terbang akan lebih baik lagi, karena mereka pasti akan habis-habisan mengumpulkan nilai maksimal,” ujarnya. Sedang Ketua Bidang Lomba Gerhard Sitorus berharap para penerbang lebih teliti membaca dan menguasai alat navigasi GPS (Global Positioning System). “Karena alat itu adalah pegangan penerbang dalam melakukan tugas dengan baik. Juga harus pandai “membaca” awan, mencari thermal (awan yang membuat layangan menambah ketinggian karena mengandung udara panas).” Selain menampilkan peta titik-titik yang harus dilewati, GPS yang wajib dibawa setiap pilot, juga merekam jalur penerbangan yang dilalui. Data GPS tersebut menjadi dasar penilaian bagian kamar hitung.
     Pada Ronde II Sabtu kemarin (15/9) mendung, petir dan angin kencang, membuat lomba dihentikan meski baru 12 atlit terbang. Lomba akan dilanjutkan hari ini (Minggu, 16/9) dengan memberi kesempatan sisa 18 penerbang beraksi. Cabang Gantolle memperebutkan empat medali emas. Tidak ada medali emas bagi kontingen Juara Umum. (PR/Tgr)
Kedudukan Sementara Lima Besar Nomor Lintas Alam Terbatas Ronde I (14/9):
Kelas A:
1.      Herda Eka Nurhidayah (Jatim)        Jumlah nilai 280,18
2.      Tony Fransye Kullit (Sulut)             278,31
3.   Rijalul Fathani (Sumbar)                 212,09
4.   Abdul Mustopa (Jatim)                    175,53
5.   Ir. Koesnadi S. Bohon (Jabar)          159,98

Kelas B:
1.      Ujang Robi (Jabar)                           187,34
2.      Ayat Supriatna (Jabar)                      158,33
3.      Rusdianto (Yogyakarta)                    153,20
4.      Muhammad Yamin (Kaltim)            145,14
Syaiful Rizal Zarhkasi (Jatim)          142,06

Jumat, 14 September 2012

GANTOLLE PON XVIII RIAU PENERBANG JABAR PIMPIN SEMENTARA KELAS A & B





Dumai (13/9). Penerbang Jawa Barat Ir. Koesnadi S. Bohon dan Ujang Robi, sementara memimpin Kelas A dan B, Nomor Ketepatan Mendarat dan Sambar Pita cabang Gantolle PON XVIII Riau 2012, hingga Ronde III yang berlangsung Rabu (12/9) di Bandara Pinang Kampai, Dumai.  Para penerbang unggulan yang diperkirakan bakal menggeser kedudukan Koesnadi dan Ujang, gagal akibat pendaratan yang kurang sempurna karena terkena angin crosswind (angin dari samping) saat mendekati titik nol. Ayat Supriatna (Jabar/Kelas B), Rijalul Fathani (Sumbar/Kelas A) dan andalan tuan rumah M. Rosyid Ridho (Kelas A), kesemuanya mengalami Nose Drop (hidung layangan menyentuh tanah) . Sedang Aji Enoh (Banten/Kelas A)) mengalami Undershoot (mendarat sebelum lingkaran tengah) dan Abdul Mustopa (Jatim/Kelas A) mendarat setelah lingkaran tengah (Overshoot). Akibatnya nilai pendaratan yang diperoleh nol dan hanya dihitung nilai dari jumlah pita yang berhasil dilempar pilot dan tetap meempel di sayap hingga mendarat.
     Rencananya Kamis ini (13/9) sebanyak 31 penerbang dari 14 propinsi akan memulai Ronde I Nomor Lintas Alam Terbatas. Para atlit di Kelas A, harus terbang melewati beberapa titik; seperti pompa bensin, gedung sekolah dan bukit kapur, dan mendarat di Kantor Walikota Dumai yang baru di kawasan Bagan Besar. Sedang para atlit di Kelas B harus mendarat kembali di Bandara Pinang Kampai. Rute yang  berbentuk segitiga  itu  dan berjarak sekitar 15 km, harus ditempuh dalam waktu tercepat. Alat navigasi GPS (Global Positioning System) yang dibawa setiap pilot, merekam jalur penerbangan mereka dan menjadi bukti untuk dasar penghitungan nilai. Namun akibat kecepatan angin yang terlalu kencang (14-18km/jam) maka lomba dibatalkan untuk hari tu dan akan dilanjutkan esoknya (Jum’at, 14/9).
     Menurut Ketua Bidang Humas & Promosi PGPI Gantolle Drs. Tagor Siagian, M. Si, sisa hari lomba hingga Minggu (16/9) akan dihabiskan untuk Nomor Lintas Alam Terbatas. Pada tiap ronde, titik-titik yang harus dilewati akan berbeda. “Kami mengucapkan banyak terimakasih atas kerjasama yang baik Panitia Pelaksana cabang Gantolle dengan pihak terkait, Bandara Pinang Kampai, Dinas Pemadam Kebakaran, Kepolisian, Ambulans, SAR (Search and Rescue) dan pengertian masyarakat, guna mengamankan lokasi lepas landas, pendaratan darurat dan kesiapan untuk evakuasi para penerbang bila terjadi keadaan darurat. Karena menuju Kantor Walikota para penerbang berlawanan dengan arah angin, bila kondisi fisik mereka sudah tidak memungkinkan, para pilot terpaksa akan mendarat sebelum garis akhir,” ujar Tagor. Sedangkan Senin (17/9) adalah hari cadangan yang akan digunakan untuk Nomor Ketepatan Mendarat & Sambar Pita Ronde IV. Ketua Bidang Lomba, Gerhard Sitorus memastikan ronde akhir itu akan berjalan seru dan menegangkan karena selisih nilai yang tipis antara peringkat sementara delapan besar masing-masing kelas dan menjadi ronde penentuan peraihan medali emas. “Kesalahan sekecil apapun selama lepas landas dan mendarat dapat mengakibatkan medali emas lepas. Jadi dibutuhkan konsentrasi tinggi dan kondisi fisik prima dari para penerbang,” kata Gerhard, mantan penerbang Gantolle senior, yang kini melatih pilot Trike (Gantolle bermotor).  (PR/Tgr)
Kedudukan Sementara Lima Besar Nomor Ketepatan Mendarat & Sambar Pita Kelas A dan Kelas B Hingga Ronde III (Rabu, 12/9):
Kelas A:
1.      Ir. Koesnadi S. Bohon (Jabar)              : Jumlah Nilai 2593,00                        
2.      Roy Sadewo (DKI Jaya)                       : 2404,80
3.      Herda Eka Nurhidayah (Jatim)             : 2300,60
4.      Oke Adrianto (Jateng)                         : 2112,40
5.      Rijalul Fathani (Sumbar)                     : 2094,20
6.       
Kelas B:
1.      Ujang Robi (Jabar)                               : 2422,80
2.      Achmad Teguh Wibowo (Jatim)           : 2374,80
3.      Muhammad Yamin (Kaltim)                : 2270,80
4.      Khaidir Anas (Sumbar)                        : 2099,60
5.      Saeful Rizal Zarhkas (Jatim)                 : 2056,00